tmindonesia.co.id – Perusahaan benih asal Jawa Barat, PT Tani Murni Indonesia (TMI) dalam waktu dekat akan masuk ke pasar sayuran di dataran rendah Papua, setelah sebelumnya telah berhasil memasok bibit ke dataran tinggi Papua pada tahun lalu. Manager Marketing Nasional TMI Yudi Kudiarto mengatakan, pemasaran benih TMI akan masuk di wilayah Domberay, melalui kota dan kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Ia menambahkan, bibit-bibit ini akan mulai tersedia di sana pada bulan Maret ini. “Untuk wilayah lowland Papua akan start Maret. Kami juga sudah menyiapkan rencana demoplot bersama kelompok tani untuk mengedukasi petani dengan benih sayuran berkualitas dan praktik pertanian yang baik. Salah satunya seperti cara menyemai supaya hasil tanaman dapat sesuai dengan jumlah yang diharapkan,” kata Yudi dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (16/3/2023).
“Staf kami di sana bekerja untuk memberi edukasi sekaligus asistensi langsung kepada petani. Kami mendatangi petani untuk memberikan informasi mulai dari soal benih, hama, dan penyakit hingga pengolahan tanah yang baik. Harapan kami akan terbangun pasar sayuran yang lebih besar lagi di Papua,” ujarnya.
Sepanjang 2022, TMI telah menggelar temu tani serta 50 demplot dengan melibatkan 620 petani asli di wilayah dataran tinggi seperti Kabupaten Jayawijaya dan Dogiyai, dengan tujuan untuk menumbuhkan pasar varietas benih baru. Adapun di Papua sendiri tercatat ada 173.180 rumah tangga petani kecil yang menanam sayuran. Meski begitu, 56 persen sayuran (lebih dari 180 ribu ton) di Papua didatangkan dari luar daerah.
“Dengan situasi seperti itu kami melihat ada kesempatan untuk menumbuhkan pasar sayuran produksi lokal. Kami pun ingin mencapainya melalui penyebaran varietas benih yang lebih baik dan edukasi pertanian yang juga baik,” kata Yudi. Ekspansi TMI ke Papua telah dimulai sejak tahun lalu melalui kerjasama dengan PRISMA, sebuah program kemitraan antara Pemerintah Australia dan Indonesia untuk menumbuhkan pasar pertanian di perdesaan Indonesia bagian timur.
Tanah Papua menjadi konsentrasi dari program tersebut salah satunya karena para petani di kawasan itu masih harus menghadapi sejumlah tantangan besar, terutama menyangkut akses dan informasi. “Akses terhadap input yang baik, pendampingan, dan juga pemasaran. Persoalan pasar adalah yang paling penting bagi petani di Papua. Karena petani kesulitan mendapatkan akses, jadi produktivitas mereka masih rendah,” kata Regional Economic Coordinator PRISMA, Andreas Wakum.
Andreas mengatakan, PRISMA bekerja sama dengan mitra swasta seperti TMI karena sektor swasta dapat memberikan keberlanjutan dalam hal penyediaan input serta pemberian informasi tentang budidaya yang baik, dan juga akses ke pasar.
Sumber : finance.detik.com